background

Artikel

Riba Pada Utang Piutang, Dosanya Mengerikan

Yudha Adhyaksa

23 Nov 2024

Cover

Mari kita lihat lebih detail berbagai jenis riba pada utang.

3 Jenis Riba Pada Utang Piutang

#1 : Riba Qardh

Segala tambahan uang apapun sebelum jatuh tempo adalah RIBA QARDH. Istilah ‘tambahan’ mungkin kurang familiar di telinga masyarakat, mereka lebih kenal dengan sebutan ‘bunga’.

Contoh:

  • Pinjaman Rp. 100.000, bunga 20% per bulan. Bunga Rp. 20.000 per bulan adalah riba Qardh.
  • Pak Firas meminjam uang dari pak Joko Rp. 1.000.000 dan disetujui dengan syarat pengembaliannya nanti ditambah bunga menjadi Rp. 1.100.000. Bunga Rp. 100.000 itulah riba Qardh.

Hal yang sama juga terjadi pada transaksi lainnya. Semua tambahan baik disebut dengan istilah bunga, penalti dan lainnya selama diterima sebelum utang lunas adalah riba Qardh.

  • Jasa Gesek Tunai (Gestun) berbunga 3.00% per bulan
  • Penalti (karena pelunasan dipercepat) yaitu 2% dari sisa pokok pinjaman
  • Pinjaman uang dengan jaminan BPKB Kendaraan 0.82% per bulan
  • Pinjaman uang dengan jaminan SK Pengangkatan Pegawai 10% per tahun
  • Kredit Mobil Leasing berbunga 9.00% per tahun

Aturan 1: Tidak boleh ada tambahan apapun terhadap utang sebelum lunas.

#2 : Riba Nasiah

Segala tambahan uang apapun karena menunda jatuh tempo utang menjadi RIBA NASIAH. Masyarakat lebih mengenal tambahan tersebut dengan istilah ‘denda’.

Contoh:

  • Jika tidak bisa melunasi saat jatuh tempo pinjaman Rp. 500.000, didenda Rp. 100.000. Nilai Rp. 100.000 adalah riba Nasiah.
  • Pak Faiz meminjam uang Rp. 500.000 dari pak Andi selama 2 bulan. Saat jatuh tempo, Pak Faiz belum bisa membayar dan meminta tambahan waktu 1 bulan. Pak Andi setuju dengan syarat ada tambahan denda Rp. 50.000 menjadi Rp.550.000, maka Rp. 50.000 itu termasuk riba Nasiah.

Termasuk riba Nasiah adalah semua denda yang berlaku pada Jasa Gesek Tunai, pinjaman berjaminan BPKB Kendaraan dan SK Pengangkatan Pegawai dan Kredit Mobil Leasing.

Aturan 2: Tidak boleh ada tambahan apapun terhadap utang meskipun tidak bisa dibayar saat waktu pelunasan.

#3 : Riba Pada Manfaat Sebelum Utang Lunas

Manfaat apapun menjadi riba, walaupun nilai barangnya kecil atau berupa jasa, sepanjang masih ada kaitan dengan transaksi utang. Bentuknya bisa berupa hadiah barang, jasa atau uang terima kasih.

Contoh riba:

  • Penerima pinjaman menghadiahkan jaket kulit kepada pemberi utang atas jasanya memberikan utang senilai Rp. 10.000.000. Hadiah ini riba.                                                                         
  • Penerima pinjaman memberi jasa tumpangan kepada pemberi utang sebagai bentuk balas budinya. Jasa tumpangan ini termasuk riba.

Manfaat berupa barang atau jasa tidak boleh diterima oleh pemberi pinjaman selama utang masih ada dan belum lunas. Aturan ini jarang diketahui orang. Sebagian besar masyarakat menganggap riba kalau bentuknya uang, padahal bisa juga non uang dan ini tetap dilarang.

“Apabila kamu mengutangi orang lain, kemudian orang yang diutangi memberikan fasilitas membawakan jerami, gandum, atau pakan ternak maka janganlah menerimanya, karena itu riba.” (HR. Bukhari 3603)

Aturan 3: Tidak boleh ada pemberian manfaat apapun selama masih berkaitan dengan utang yang belum lunas.

PENGECUALIAN UNTUK PEMBERIAN MANFAAT

1. Dibolehkan jika sudah menjadi kebiasaan sebelumnya

Pemberian manfaat yang sudah biasa dilakukan sebelumnya, atau menjadi tradisi diantara pemberi utang dan penerima utang, ini bukan riba sehingga tidak mengandung dosa.

2. Dibolehkan jika tidak diperjanjikan sebelumnya

Ada kalanya seseorang memberikan manfaat saat pelunasan yang tidak disepakati di awal dan ini halal.

Dalilnya:

“Jika meminjamkan begitu saja tanpa ada syarat di awal (syarat penambahan, pen.), lalu dilunasi dengan yang lebih baik, yakni dilunasi dengan jumlah berlebih atau dengan sifat yang lebih baik, maka itu boleh, dengan ridha keduanya (bukan paksaan, pen.).” (Al-Mughni, 6: 438)

Contoh 1:

Bu Tuti meminjam uang Rp. 10.000.000 untuk modal usahanya dari bu Nisa selama 6 bulan. Mereka bersepakat tidak ada tambahan baik bunga ataupun denda karena sudah paham dosa riba. Rupanya setelah 6 bulan, usaha bu Tuti maju sehingga saat pelunasan utang maka ia memberikan hadiah kepada bu Nisa berupa uang Rp. 1.000.000.

Hal ini dibolehkan karena bukan syarat di awal dan bu Tuti ikhlas memberikannya karena ingin mengembalikan dengan lebih baik. Beda dengan bunga dan denda yang sudah ditetapkan sejak awal.

Contoh 2:

Pak Dito memberi pinjaman Rp. 1.500.000 kepada pak Ronny. Ketika waktu pelunasan, Pak Dito memberikan keringanan yaitu pak Ronny membayar cukup Rp. 1.000.000. Ini dilakukan karena kondisi pak Ronny  yang sedang kesusahan dan termasuk perbuatan baik kepada orang yang meminjam (debitur).

 

Belajar juga

Artikel

Baca Artikel Lainnya

Thumbnail
Cara Hitung Zakat Penghasilan Dengan Mudah dan Praktis

Dalam ajaran Islam, zakat menjadi kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu. Zakat penghasilan, atau yang lebih dikenal sebagai zakat profesi, menjadi salah satu bentuk zakat yang dihitung berdasarkan p...

Latifah Ayu Kusuma

09 Jan 2024

Thumbnail
Usaha Berkah Menurut Islam: Pedoman Berwirausaha dalam Hidup Muslim

Islam, sebagai agama yang komprehensif, mengatur segala aspek kehidupan umat muslim, termasuk dalam hal berwirausaha. Bagi para pengusaha muslim, menjalankan usaha berkah sesuai dengan prinsip-prinsip...

Latifah Ayu Kusuma

09 Jan 2024

Thumbnail
Pekerjaan Riba Apa Saja dan Pandangan Islam Terhadapnya

Pekerjaan riba atau usaha yang melibatkan praktik riba menjadi perhatian serius dalam Islam. Pada saat ini, banyak yang terlibat dalam pekerjaan yang dapat dianggap melibatkan riba tanpa menyadarinya....

Latifah Ayu Kusuma

06 Jan 2024

Daftar Sekarang

Ilmu Pengusaha Syariah

Terlengkap

Dapatkan semua Kelas baru gratis
dengan berlangganan

Langganan Sekarang Image