Artikel
Yudha Adhyaksa
12 Feb 2024
Apakah bank akan tutup jika semua pegawainya resign? Saya rasa tidak. Bank memiliki manfaat sentral terkait transaksi keuangan. Bank tidak mungkin gulung tikar hanya karena pegawai resign.
Lihat saja, semua orang butuh bank. Mau bayar tagihan marketplace lewat bank, mau menabung jumlah banyak ya di bank, mau transaksi apapun lebih aman ya lewat bank. Nggak mungkin dong masyarakat mau kembali ke zaman dahulu menyimpan uang di bawah bantal atau membawa uang puluhan juta rupiah secara cah. Ribet.
Jadi menurut saya bank justru akan berbenah jika semua pegawai resign. Pelan-pelan bank akan memperbaiki sistemnya agar benar-benar menjauhi apa yang dilarang oleh Allah, yaitu riba. Tak masalah jika di Indonesia ada keberagaman agama.
Faktanya riba itu memberatkan salah satu pihak, tidak adil. Jika dinilai dari sisi kemanusiaan, riba juga harus dihilangkan. Sistem syariah sejatinya ada untuk mensejahterakan umat, bukan mempersulit.
Tuntutan syar’i juga tak hanya berasal dari pegawai, tetapi juga nasabahnya. Lihat saja berapa persen jumlah nasabah bank konvensional yang beralih ke bank syariah? Pasti banyak. Selain sistem syariah yang adil, mereka juga takut akan dosa riba dan jilatan api neraka.
Ini terjadi karena semakin kesini gaung dakwah anti riba semakin agresif dan masif melalui media sosial. Menyentuh segala lapisan masyarakat dari generasi Milennial hingga generasi X menjadi melek dosa riba. Jadi mau tidak mau pimpinan Bank riba harus berubah untuk mengurangi gejolak resign pegawainya dan merengkuh pangsa pasar nasabah yang anti Bank riba.
Insyaa Allah, kita harus optimis!
“Bagaimana kalau Bank malah merekrut pegawai non Muslim, yang rugi kaum Muslimin lho! Lebih baik pegawai Muslim balik kerja lagi deh karena lebih paham hukum syariah, jadi bisa berjuang mengubah sistem Bank dari dalam”.
Tidak masalah Bank konvensional mau merekrut siapapun, karena itu diluar kendali kita. Yang penting bukan pegawai Muslim karena ‘resiko’nya berat di akhirat.
Jadi, meski dikuasai orang non Muslim 100%, Bank akan tetap berubah. Mengapa? Lagi-lagi karena mayoritas nasabahnya adalah kaum Muslimin. Jadi demi kepentingan bisnis, Bank akan berubah untuk memenuhi tuntutan pangsa pasar terbesarnya yang ingin membeli produk halal saja. Lagipula, sesungguhnya riba juga ada di kitab agama lain. Lambat laun akan timbul permintaan dari non Muslim juga untuk menghilangkan riba dari transaksi Bank.
Sangatlah sulit mengubah Bank konvensional dari dalam walaupun dilakukan pegawai Muslimnya secara berkelompok. Saya beritahu ya, banyak sekali conflict of interest, tantangan dan masalah yang harus diatasi, diantaranya:
Biayanya terlalu besar untuk mengubah sistem dan prosedur yang jumlahnya mencapai ratusan ribu item dan saling terintegrasi pula. Apalagi di setiap perubahan pasti perlu proses trial and error dan ini membutuhkan waktu sangat lama.
Atasan seperti jajaran Kepala Divisi, para Direktur dan Komisaris memiliki posisi yang sangat kuat. Apabila mereka tidak suka dengan pemikiran anti riba, dengan mudah mereka melengserkan pegawai Muslim dengan alasan tidak satu visi lagi. Pegawai tersebut akan ditaruh di posisi rendah yang tidak memiliki wewenang. Bisa juga dicari-cari kesalahannya supaya bisa diterbitkan Surat Peringatan, tidak dinaikkan gajinya dan dihilangkan bonusnya.
Tidak ada orang yang sanggup bertahan ditekan sedemikian rupa. Pada akhirnya pasti dia merasa tidak nyaman dan resign dengan sendirinya.
Dalam kondisi normal, pasti Bank memprioritaskan kebutuhan nasabah daripada pegawainya yang menuntut perubahan sistem menjadi syar’i. Selain besar biayanya, waktunya terlalu lama juga tidak ada keuntungan jangka pendek. Tentu pimpinan Bank tidak mau timbul ketidakstabilan karena anjloknya sumber pemasukan riba.
Menurut saya sistem bank syariah tergantung dengan jenis produknya. Jika masih ada riba atau tambahan atas utang uang, ya berarti harus dihindari. Namun jika sudah mengganti produk pinjaman dengan pembiayaan, insyaa Allah sudah sesuai syariat Islam.
Sebelum resign tentu saja harus membuat rencana kehidupan selanjutnya. Bisa dimulai dengan rencana pekerjaan baru. Biasanya orang hijrah mulai merintis bisnis dari nol. Yang penting punya niat, kerja keras, dan ilmu yang tepat.
Kamu bisa mulai belajar tentang bisnis syariah di Fiqeeh - Kampus Bisnis Syariah. Di sini ada ratusan kelas online yang cocok untuk pengusaha muslim. Fokusnya membantu pengusaha muslim untuk berbisnis syariah dan bebas dari dosa riba.
Kamu bisa belajar secara online lewat website maupun offline bertemu langsung dengan mentor. Tapi ingat, kelas online jauh lebih efektif karena bisa belajar kapan dan di mana saja. Kamu juga bisa konsultasi gratis dengan mentor online lewat grup.
Artikel
1. Langsung menggarap tanah luas Euforia selalu dirasakan peserta workshop Developer, baik itu syariah maupun konven. Titah guru, “Carinya langsung 1 hektar saja, karena capeknya sama dengan...
05 Nov 2024
“Seandainya dulu saya tidak hijrah, pasti tidak sesusah ini.” “Dulu beli apa-apa gampang. Tidak mikir harga. Kalau mau beli, ya beli saja. Sekarang beli kopi sachet saja mikir-mik...
Yudha Adhyaksa
05 Nov 2024
Pakai Produk Bank? Boleh Asal Patuhi Syarat! Seorang pengusaha biasanya punya rekening di Bank untuk memperlancar transaksinya. Untuk membayar supplier, kirim donasi ke Yayasan Sosial, menerima uan...
Yudha Adhyaksa
05 Nov 2024
Daftar Sekarang
Dapatkan semua Kelas baru gratis
dengan berlangganan