Artikel
Yudha Adhyaksa
06 Oct 2022
Apa yang Anda pikirkan pertama kali saat berbisnis? Apakah keuntungan yang besar atau kepuasan pelanggan?
Pada dasarnya bisnis itu diciptakan untuk membantu pelanggan memenuhi kebutuhannya. Nah, ada aturan syariah yang mengatur jalannya bisnis. Jika Anda ingin menjadi pengusaha yang taat agama, pastikan Anda memiliki pola pikir syar’i.
Saya akan mengajarkan Anda ilmu bisnis paling penting yang harus dikuasai dulu yaitu ilmu mindset. Bukan sembarang mindset, melainkan mindset syariah. Saya hanya menuliskan secara singkat di sini. Jika Anda ingin belajar lebih jauh, silakan ikut kelas di www.fiqeeh.com
Baca Juga: Pahami Akad Jual Beli Syar'i Agar Rezeki Halal
Kalau Anda telaah lagi, sebetulnya tujuan berbisnis Anda adalah untuk melayani orang lain, agar hidup mereka lebih mudah. Begitu kan yang Anda mau? Nah tentunya syariat juga mau seperti itu, membuat orang lain untung dengan timbulnya perdagangan, sehingga berputar roda ekonomi. Karena itu Anda perlu hati-hati, yang Anda prioritaskan adalah kepentingan syariat di atas keuntungan bisnis. Syariah dulu Syariah dulu, baru profit.
Saya ingatkan, jangan menjadi pengusaha kebanyakan yang mindset nya tuh cuman untung, untung untung saja! Cuma berpikir bagaimana terus mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dengan modal sesedikit mungkin. Keuntungan memang dibutuhkan pengusaha untuk membiayai operasional, gaji pegawai, sewa toko, biaya periklanan dan banyak lagi. Tapi kalau caranya sampai berbohong dan menipu sehingga menjadi kebiasaan berbisnis ini jelas salah besar. Contohnya apa?
Berkomplot dengan temannya untuk pura-pura menawar produk Anda dengan harga lebih tinggi, agar calon pembeli mau membeli dengan harga lebih tinggi. Ini disebut Najasy, dan dilarang syariat karena mengelabui pembeli. Coba cek, apakah Anda pernah melakukan ini? Tidak pernah? Saya pernah, tapi itu dulu sekali waktu SMA. Waktu itu kakak saya jual HP, pembeli datang ke rumah kami dan selang sebentar, saya masuk ke rumah dari luar. Saya tawar harga lebih tinggi sampai dicurigai calon pembeli karena wajahnya sama hehe..
Ada pedagang pasar yang suka mengurangi timbangan besinya, dengan merekayasa pemberatnya agar lebih berat.
Ada juga pedagang buah di India yang memanfaatkan momen memberikan uang kembalian dengan mengganti plastik buah yang lebih ringan.
Bangun tembok dengan spek di bawah standar. Ini korbannya saya sendiri. Tak disangka, pemborong yang sudah ngaji bertahun-tahun ternyata berani mengurangi spek pembuatan tembok keliling proyek perumahan syariah saya. Akibatnya setelah 6 bulan pagarnya miring, hampir menimpa dinding rumah tetangga. Kok bisa begitu? Setelah dibongkar, yang dikurangi ternyata banyak. Pondasinya cuma 20 cm, seharusnya 40 cm. Begelnya berjarak 40 cm, seharusnya 20 centi. Besinya cuma ukuran 6, padahal harusnya 8. Jadi kalau di total, ini kan terlalu jauh perbedaan kualitasnya, jadi tidak kuat ikatannya. Akibatnya saya bangun ulang tuh tembok, rugi belasan juta ! Dan selanjutnya saya tidak pakai tuh jasanya lagi. Saya bangun sendiri perumahan syariah bersama tim saya dengan kualitas besi standar. Karena saya takut terjadi apa-apa, urusan nyawa tidak bisa disepelekan. Saya bilang tukang saya, buatlah bangunan dan tembok penahan tanah yang tahan 100 tahun. Saya tidak peduli harga membengkak atau rugi, soal uang bisa dicari lagi, tapi nyawa konsumen yang hilang tidak bisa kembali lagi.
Baca Juga: 3 Mindset Marketing Melejitkan Omset Anda
Jadi dengan memahami mindset syariah, pikiran Anda lebih luas. Anda berpikir bukan untuk dunia ini. Anda berpikir, apakah produk yang Anda jual itu nyata mengubah hidup orang lain di dunia dan tidak membawa Anda ke dosa besar yang kelak Anda terima balasannya di alam akhirat sana.
Dengan mindset syariah, Anda tidak khawatir akan disiksa karena perbuatan zalim Anda menipu konsumen. Nah jadi fokus Anda bukan pada keuntungan jangka pendek, keuntungan yang kita ingin raih adalah pergi ke surga. Itu!
Baca Juga: Hijrah Hati, Pola Pikir, dan Perilaku Menuju Kehidupan Berkualitas
Artikel
Bertahun-tahun lalu, saya bekerja di sebuah Bank di gedung tinggi di bilangan Sudirman, Jakarta Selatan. Saya ingat sekali, waktu itu sedang dikumandangkan adzan Ashar. Saya tengok keluar jendela d...
Yudha Adhyaksa
16 Feb 2024
Pihak yang terkena dosa riba bukan hanya penyetor atau orang yang melakukan transaksi saja, tetapi juga saksi dan pencatatnya. Astaghfirullah. Jangan sampai kita masuk ke dalam lubang dosa seperti itu...
Yudha Adhyaksa
15 Feb 2024
Meski mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, nyatanya praktik riba masih terjadi dimana-mana. Bahkan pemerintah seakan tutup mata dan justru mendukung berbagai transaksi riba. Lalu bagaimana sik...
Yudha Adhyaksa
13 Feb 2024
Daftar Sekarang
Dapatkan semua Kelas baru gratis
dengan berlangganan