Artikel
Yudha Adhyaksa
05 Feb 2024
“Tidak ada ketatan dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu dalam kebaikan.” (HR. Bukhari, 6830. Muslim, 1840)
Dulunya sering pakai kaos oblong, sekarang kemeja berdasi yang bersih dan wangi pula. Dulu sering minta uang jajan, sekarang ganti mensupport keuangan orangtua. Membantu biaya kuliah adik-adiknya. Motor butut kuliah berubah menjadi mobil kreditan. Sudah tidak ngekost lagi karena sekarang pindah ke rumah baru, kreditan juga. Pulang ke rumah habis Isya, tandanya ia pekerja keras. Tak lupa, anaknya mengabari orangtuanya hampir tiap tahun kalau dia berhasil naik jabatan. Di tengah karirnya yang melesat, ia menikah dan melahirkan cucu yang imut. Orangtua mana yang tidak bahagia melihat semua kondisi itu?
Lalu sekarang anaknya bilang mau hijrah karena riba kemudian mau berbisnis. “Anaknya mau melepas gaji besarnya?” “Saat ribuan orang sedang mencari kerja, kok ini malah mau keluar saat karir dipuncak?” “Gila apa?” Mungkin ini yang menjadi pemikiran orang tua, wajar saja kekhawatiran ini.
Jelas, mereka tidak tega melihat kenyamanan anaknya ‘terusak’ karena kehilangan gaji satu-satunya dan pastinya akan memunculkan masalah-masalah baru. Tetapi jika sang anak tetap meneruskan kerja maka ia akan tahu konsekuensinya yaitu menanggung dosa riba. Anak pula yang akan menghadapi ancaman sebagai pemakan riba.
Sudah jelas sekali bahwa Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba sesuai tafsir Q.S Al-Baqarah ayat 275. Wajar saja seorang anak yang masih bekerja di lembaga keuangan riba ingin segera bertaubat dan keluar dari jerat dosa besar. Apalagi jika sang anak sudah mengantongi ilmu agama lebih banyak, ikut komunitas islami, atau rutin ikut kajian. Hatinya akan bergejolak ingin segera menjauh dari api neraka.
Masalahnya tak sedikit orang tua yang menyayangkan keputusan anaknya. Bahkan ada orang tua yang memaksa anaknya untuk tetap bekerja di lembaga keuangan riba. Alasan utama tentu saja gaji besar, tunjangan lengkap, dan fasilitas mewah. Orang tua menganggap kehidupan anaknya sebagai pegawai bank selalu sejahtera, berkecukupan, dan bahagia.
Tapi ingat, riba tetaplah riba meski sudah berbakti kepada orang tua. Memang benar seorang anak harus berbakti kepada orang tuanya. Namun dahulukan perintah Allah di atas perintah orang tua. Toh yang bakal menanggung dosa riba adalah sang anak, bukan orang tuanya.
Siapapun yang memerintahkan untuk melawan perintah Allah, maka tidak wajib lagi mentaati mereka. Karena ketaatan sesungguhnya hanya ada dalam kerangka kebaikan, bukan dalam kemaksiatan. Menyuruh anak yang sudah sadar dan mau bertaubat tetap bekerja di bank ribawi sama saja menzalimi anak.
Tidak mengapa orang tuanya marah, tidak usah risau suami atau istrinya murka, pedulikan diri sendiri saja karena yang dihisab dosa ribanya di akhirat adalah pelaku riba. Dalam kasus ini harus egois, selamatkan diri sendiri dari laknat Allah.
Allah akan menolong hamba-Nya yang taat. Tenang saja, banyak jalan menuju roma. Jika sudah resign dan memilih untuk meninggalkan gaji riba, kamu bisa mulai berbisnis. Insyaa Allah siapapun bisa berbisnis meski tanpa pengalaman.
Zaman sekarang juga banyak potensi bisnis untuk dikembangkan. Mulai dari kuliner, fashion, hingga properti. Untuk pemula, kamu bisa memulai dengan bisnis modal minim atau bisnis tanpa modal sama sekali.
Bisnis tanpa modal misalnya dengan menjadi reseller. Produknya bisa pilih sesuai yang kira-kira mudah dijual di lingkungan kamu. Bisa menjadi reseller baju muslim, buku, kaos, kebutuhan bayi, dan lain sebagainya.
Yang perlu dicatat adalah sistem bisnis yang dijalankan. Kamu harus menerapkan prinsip bisnis syariah agar menjadi pengusaha muslim yang amanah. Proses bisnisnya harus adil, produknya harus halal, dan cara pemasarannya tidak curang. Insyaa Allah keuntungan yang didapat berkah dan halal.
Pondasi utama dalam bisnis syariah adalah ilmu. Jika sudah mengantongi ilmu, kamu bisa merencanakan strategi bisnis yang ampuh. Kamu bisa belajar di kelas online Fiqeeh - Kampus Bisnis Syariah. Di sini ada beragam kelas online khusus untuk calon pengusaha dan pengusaha muslim yang ingin beralih ke sistem bisnis syariah.
Ada kelas permodalan, SDM, pemasaran, hingga ide bisnis siap pakai yang sudah terbukti menguntungkan. Bahkan kamu bisa konsultasi langsung dengan mentor online yang siap sedia memberikan masukan guna keberhasilan bisnis.
Artikel
“Seandainya dulu saya tidak hijrah, pasti tidak sesusah ini.” “Dulu beli apa-apa gampang. Tidak mikir harga. Kalau mau beli, ya beli saja. Sekarang beli kopi sachet saja mikir-mik...
Yudha Adhyaksa
05 Nov 2024
Pakai Produk Bank? Boleh Asal Patuhi Syarat! Seorang pengusaha biasanya punya rekening di Bank untuk memperlancar transaksinya. Untuk membayar supplier, kirim donasi ke Yayasan Sosial, menerima uan...
Yudha Adhyaksa
05 Nov 2024
Kriteria 1: Pekerjaannya Bukan Sebagai Pelaku Riba Hindari Lembaga Keuangan Riba karena pendapatan mereka berasal dari hasil transaksi ribawi. Berdosa bekerja disini apapun bagian dan jabatannya....
Yudha Adhyaksa
05 Nov 2024
Daftar Sekarang
Dapatkan semua Kelas baru gratis
dengan berlangganan