Artikel
Yudha Adhyaksa
03 Nov 2024
“Ustadz, saya tahu penghasilan saya riba. Tapi berat bagi saya buat hijrah. Anak saya butuh uang kuliah. Setiap bulan keluarga butuh uang. Kalau saya resign, hilang rezeki, bagaimana saya kasih mereka makan?”
Kalau ada yang menanyakan ini pada Ustadz, sudah pasti di jawab dengan tegas:
1. “Tinggalkan sekarang juga. Ibarat mau membersihkan kambing didalam ruangan berlumpur, bagaimana mau membersihkan kalau kambing masih di dalamnya? Kambing itu akan mengacak-acak lumpur. Tidak akan pernah selesai. Keluarkan kambing dari ruangan dulu, baru bersihkan lumpurnya.”
2. “Ketika Anda bayi, apakah Anda bekerja untuk mendapatkan makan? Tidak bukan? Lalu ketika Anda kecil, apakah Anda pernah memikirkan bagaimana cara membeli makan? Tidak juga. Sebelum Anda kerja di Bank, juga Anda bisa makan. Sekarang sudah kerja, ada pengalaman dan ilmu yang nyata, ketakutan mau makan dari mana? Tidak mungkin itu! Makanya keluar dulu, baru bisa berpikir bebas perubahannya.
“Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
3. "Ada orang kerja di Bank usia 27 tahun dan sudah menjalani 2 tahun. Berarti selama 25 tahun sebelumnya kan tidak bekerja di Bank, terus dapat makan darimana kalau bukan karena rezeki dari Allah? Jangan khawatir! Rezeki sudah di atur. Allah pasti mencukupkan rezeki ke miliaran mahluk di dunia ini. Ke semut, burung, lebah, semua akan diberi rezeki.”
4. Justru Anda akan menjadi kaya setelah meninggalkannya. Karena rezeki Allah maha luas, dan Allah sudah berjanji untuk orang yang meninggalkan keharaman karena Allah, Allah akan gantikan dengan yang lebih baik. FirmanNya begitu jelas:
“Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah akan ganti dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad 5: 63)
Setan tidak mau begitu saja melepaskan seseorang dari belenggu dosa akibat kebiasaan buruk. Apalagi lepas dari pekerjaan haram yang sudah menjadi menjadi kebiasaan hidupnya.
Lihatlah rekaman dialog antara Allah dengan iblis yang dihukum, dia berjanji untuk selalu menyesatkan manusia.
“Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at).'” (QS. Al A’raf: 16-17)
Akibatnya, kita jadi bimbang dan membuat banyak alasan. ‘Belum ini belum itu’, ‘beratlah’, ‘nunggu masalah selesai satu-satu dulu’, ‘anak belum selesai sekolahlah’, termasuk juga ‘nggak tahu harus kasih makan anak istri apa nantinya’, dan beragam kekhawatiran lain sehingga orang itu tetap terjerumus ke dalam kubangan dosa riba.
Disinilah pentingnya qana’ah (merasa cukup). Bersyukur dengan rezeki barunya walau jauh lebih kecil tapi halal. Hidup seperti roda, bukan? Kadang di atas kemudian di bawah, tapi insyaa Allah akan naik lagi suatu saat. Kewibawaan sang ayah diuji disini, untuk mengedukasi anak istrinya secara telaten kalau hijrah adalah keputusan terbaik.
Lalu bagaimana kalau istri tetap tidak mau terima? Tidak siap berubah karena masih banyak tuntutan?
Jangan buru-buru salahkan istri. Introspeksi dulu apakah Anda sudah mencoba berbagai cara untuk membujuknya? Apakah Anda baru memberitahunya tiga kali saja? Karena ada orang yang mendapat hidayah setelah bertahun-tahun diberikan nasihat. Bisa jadi sang istri juga belum dapat gambaran jelas mengenai mau dikemanakan biduk rumah tangga setelah hijrah. Dia butuh rencana konkrit dari sang ayah agar yakin.
Bahwa ini adalah pekerjaan yang dilarang agama dengan ancaman tak terperikan. Buktikan dengan dalil haramnya, tapi ingat! sampaikan di waktu tepat dan tempat nyaman ya karena ini perkara sensitif.
Apakah merasa ada cobaan terus-terusan? Misal, hidupnya sekarang kok tidak tenang ya, rasanya kurang bahagia, anak sakit-sakitan, selalu merasa gajinya kurang, anak sulit diatur, mendapat tetangga kurang baik, tertimpa kecelakaan setiap tahun, sulit punya anak, suami istri sering bertengkar dan sebagainya.
Mungkinkah ini dampak dari dosa riba? Akibat berbahagia di atas penderitaan orang lain yang harus membayar riba? Rezeki haram bisa membuat hidup tidak berkah dan mengalami peristiwa di atas. Padahal, setiap orang mendambakan hidup yang tentram dan damai.
Setelah istri mulai menerima penjelasan, ajak berdiskusi alternatif profesi setelah hijrah. Istri paling mengerti suaminya dan mampu melihat potensinya yang tersembunyi. Bisa menjadi guru di bimbingan belajar, penerjemah, marketing properti freelance, karyawan di usaha perorangan. Apapun itu tidak perlu gengsi, paling tidak mulai dari dulu agar dapur tetap mengebul. Raihlah kesempatan yang ada!
Beberapa teman yang saya temui mengeluh istrinya tetap tidak mau suaminya keluar dari Bank. “Apa yang harus saya lakukan?” keluhnya.
Jika sikapnya seperti itu setelah kita mendidik istri dengan baik-baik serta menjelaskan hukum agama, ancaman riba dan bahaya harta haram maka Anda tetap harus keluar meski tanpa persetujuan istri. Yakinlah dengan keputusan ini. Ingat! Allah lah yang lebih berhak di taati. Dan Anda tidak berdosa karena tidak menuruti istri. Ingat, Nabi telah menegaskan, “Tidak boleh taat kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah sang pencipta.”
Artikel
Kami tidak mengharamkan Bank sebagai Institusi Negara. Yang kami haramkan adalah produknya yang melanggar larangan syariat yaitu riba. Ini perlu dipertegas agar setiap elemen masyarakat paham perbedaa...
Yudha Adhyaksa
01 Dec 2024
Hukum syariah perdagangan itu luas dan dalam. Banyak dalil yang dinukil sebelum sampai ke jumhur ulama. Semua demi kehati-hatian dalam bermuamalah. Meski begitu, belajar sedetil itu tentu memakan wakt...
30 Nov 2024
Pertama kali saya menerapkan ilmu 6 Topi Berpikir atau ‘6 Thinking Hats’ adalah di tahun 2020 padahal bukunya sudah beredar sejak 1985. Wow, sudah 35 tahun! Pengarangnya adalah Edward d...
Yudha Adhyaksa
30 Nov 2024
Daftar Sekarang
Dapatkan semua Kelas baru gratis
dengan berlangganan