Artikel
Yudha Adhyaksa
26 Nov 2024
Kalau di kilas balik, pasti masih ada yang ingat ekspresi orang tua dulu saat tahu anaknya keterima kerja di Bank.
Dulunya sering pakai kaos oblongan, sekarang kemeja berdasi yang bersih dan wangi pula. Dulu sering minta uang jajan, sekarang ganti mensupport keuangan orangtua. Membantu biaya kuliah adik-adiknya. Motor butut kuliah berubah menjadi mobil kreditan. Sudah tidak ngekost lagi karena sekarang pindah ke rumah baru, kreditan juga. Pulang ke rumah habis Isya, tandanya ia pekerja keras. Tak lupa, anaknya mengabari orangtuanya hampir tiap tahun kalau dia berhasil naik jabatan. Di tengah karirnya yang melesat, ia menikah dan melahirkan cucu yang imut. Orangtua mana yang tidak bahagia melihat semua kondisi itu?
Lalu sekarang anaknya bilang mau hijrah karena riba kemudian mau berbisnis. “Anaknya mau melepas gaji besarnya?” “Saat ribuan orang sedang mencari kerja, kok ini malah mau keluar saat karir dipuncak?” “Gila apa?” Mungkin ini yang menjadi pemikiran orang tua, wajar saja kekhawatiran ini.
Jelas, mereka tidak tega melihat kenyamanan anaknya ‘terusak’ karena kehilangan gaji satu-satunya dan pastinya akan memunculkan masalah-masalah baru. Tetapi jika sang anak tetap meneruskan kerja maka ia akan tahu konsekuensinya yaitu menanggung dosa riba. Anak pula yang akan menghadapi ancaman sebagai pemakan riba.
Hari gini kok berani-beraninya menantang Allah untuk berperang? Di doakan terlaknat juga lho oleh Rasulullah.
Ini berbahaya karena akan menghapus semua keberkahan. Siapa yang selamat gara-gara riba? Tidak ada! Tidak di dunia maupun di akhirat. Nah, disinilah saatnya kita untuk menunjukkan seni membujuk dan negosiasi pada orang tua, lakukan dengan ma’ruf (baik) sesuai tuntunan sunnah.
Hijrah memang tidak mudah, terkadang membawa pilu bagi keluarganya. Itu hanya satu dari banyak kisah tentang pegawai Bank riba ketika memberitahu orang tuanya. Mereka berani mengungkapkan karena sudah mendapat hidayah dari Allah melalui berbagai cara salah satunya tanya jawab dengan Ustadz.
“Ya Ustadz, saya paham dosa riba dan ingin sekali resign. Masalahnya, orang tua tidak setuju dan mau nya saya tetap kerja di Bank ribawi itu. Lalu, saya harus bagaimana? Saya tidak ingin membuat orang tua sedih.”
Apakah anak menjadi durhaka kalau keluar dari Bank ribawi tanpa izin orangtua? Lalu, jika anak tetap ngotot keluar meski tanpa diketahui orang tua, bagaimana hukumnya?
Pertanyaan ini pernah masuk ke situs islamqa.info yang berada dibawah pengawasan langsung Syaikh Muhammad bin Saleh Al-Munajjid Hafizahullah.
Seorang istri berprofesi sebagai pegawai Bank riba selama 20 tahun. Allah memberi hidayah padanya dan ia memutuskan meninggalkan pekerjaannya. Akan tetapi dia mendapat perlawanan kuat dari suami dan orang tuanya yang menyuruhnya tetap bekerja disana. Mana yang harus lebih di taati: mereka atau Allah?
Jawabannya adalah:
Perkataan suami dan orang tuanya. Bahwa Allah memerintahkan untuk taat kepada suami dan kedua orang tua serta berbakti kepadanya, itu adalah benar. Allah Ta’ala perintahkan hal itu.
Akan tetapi, kalau sekiranya perintah Allah berseberangan dengan perintah suami atau orang tua, dimana mereka menyuruh sesuatu yang menyalahi perintah Allah maka tidak diragukan lagi bahwa orang mukmin harus mengedepankan perintah Allah. Barangsiapa yang mengatakan selain itu (tidak melakukannya), maka dia dalam kondisi yang bahaya sekali. Diharapkan dia untuk kembali melihat keimanannya.
Oleh karena itu Nabi bersabda:
“Tidak ada ketatan dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu dalam kebaikan.” (HR. Bukhari, 6830. Muslim, 1840)
Siapapun yang memerintahkan untuk melawan perintah Allah, maka tidak wajib lagi mentaati mereka. Karena ketaatan sesungguhnya hanya ada dalam kerangka kebaikan, bukan dalam kemaksiatan. Menyuruh anak yang sudah sadar dan mau bertaubat tetap bekerja di bank ribawi sama saja menzalimi anak.
Tidak mengapa orangtuanya marah, tidak usah risau suami atau istrinya murka, pedulikan diri sendiri saja karena yang dihisab dosa ribanya di akhirat adalah pelaku riba. Dalam kasus ini harus egois, selamatkan diri sendiri dari laknat Allah.
Jika Anda mau tahu lebih detail, simak kisah Bu Pandan di Kelas Berkali-kali Gagal Hijrah Akhirnya Kesampaian Juga. Kelas ini membagikan kisah inspiratif Bu Pandan ketika masih terjebak pekerjaan riba hingga menjadi pengusaha muslim sukses yang memiliki banyak reseller.
Yuk!! Selamatkan diri kita dan keluarga dari kejamnya dosa riba
Artikel
Pelatihan Bisnis Online Jogja – Ingin menjadi seorang pengusaha muslim yang berhasil dan sukses? Namun Anda belum memiliki beberapa ilmu pengetahuan tentang bisnis? Apakah anda tahu salah satu p...
Yudha Adhyaksa
07 Sep 2021
Daftar Sekarang
Dapatkan semua Kelas baru gratis
dengan berlangganan